Waktu itu, menjelang ashar, kuambil wudhu, bersiap diri, bentangkan sajadah, dan kudengar seorang berjanggut panjang memanggilku berharap untuk bergabung bersama.
Di mushola Pondok Indah Mall 2, perkenalanku dengan beliau, purnawirawan designer produk dari Astra Honda Indonesia sejak tahun 80an. Perkenalan singkat yang berawal dari pertanyaan “Safar darimana mas? yang kujawab dari kota hujan pak! membuatnya tertawa renyah.
Ya, seruan pak janggut panjang itu aku tolak dengan bahasa “Alafu Ana Safar, Tafadol”, sekilas dari jauh pak janggut tersebut seperti orang timur tengah, so i decided to say it in arabic prokem ala condet aja. Ini awal yang asik berikutnya.
Setelah selesai kenalan, muncul si BALK dengan cadar dan gaya khas putri lebanon, tak lama dari itu nongol juga istri dari pak Janggut. Lalu terciptalah obrolan ke barat dan ke timur sampai tiba pada pertanyaan yang jatuh kepadaku.
“Mas ngaji dimana? Ustad Yazid ya?”, sontak saya jawab, “maaf pak saya dan BALK gak pernah ikutan kajian-kajian manapun, hehehe”, Okeee! begitu kata pak janggut. Lalu pak Janggut menimpali kembali, “Tapi tadi pas nolak sholat jamaah bilang, alafu ana safar” biasanya yang kaya gitu belajar salaf.
Hehehehe, dengan senyum tipis aku jawab, “Enggak pak, gak pernah belajar atau tahu tentang salaf malah pak.”
Waktu berjalan mengalunkan kami berempat hingga pukul empat sore kami berpamitan dan segera kembali ke kota hujan. Bertukar whatsapp pun jadi media silaturahmi kami berikutnya, sangat menyenangkan kenal sama pak Janggut.
Sekitar sepekan setelah perkenalan tersebut, pak Janggut menghubungi lewat WA, dan ternyata ada kebutuhan takziah ke rumah teman yang berlokasi sekitar 12km dari tempat kami.
“Assalamualaikum Mas BARK, awfan, hari ini ada dirumah?, Insya Allah mau takziah sekalian silaturahim ke rumah sampeyan, ono ning omah mas?

Whoaaaa, gak ada persiapan, hehehe, kebetulan BALKnya lagi gak fit, tapi its oke-lah, tamu dan silaturahmi itu pintu rizki.
Sekitar pukul 17.20 WIB pak Janggut sudah parkir mobilnya depan rumah BALKBARK, dan Heeeeyyy, kami beneran surprise dung, ketemu sepekan yang lalu dari tempat sholat, lalu kami duduk semeja berempat dan berjibaku pelajaran & pengalaman.
Selepas Isya’, kami berempat enjoying every story and moment di meja makan sederhana kami hingga terlontarkan pertanyaan disela-sela kunyahan makan malam kami.
“Jadi Mas BARK sama Mbak BALK ini SALAF kan?” Dengan senyum renyahku dan BALK, kami jawab ber-iringan “Kami tidak pernah tau pak tentang detail ajaran salaf yang pak Janggut maksudkan itu yang gimana, hehehe, jadi kalo bapak tanya saya dimana saat ini?, saya cuman mengkaji ISLAM secara SCIENCE pak”
Mungkin bapak melihat rumah kami tidak ada foto atau pajangan dinding, kami juga tidak merayakan ultah, meninggalkan Riba, dan lainnya, atau apapun yang kebetulan mirip dengan yang pak Janggut pelajari dari Salaf. Atau mungkin bapak melihat BALK pakai niqob / cadar, yang kami pelajari bukan dari salaf atau mahzab2 lainnya, tapi dari buah pikiran logika kami yang kebetulan seiring dengan logika Sunnah atau Quran.
Yang kami lakukan itu dari analisa logic, yang kebetulan ber-iring dengan proses pedewasaan kami dalam menjalani proses perubahan spiritual kami pak. Dan ternyata, banyak hal yang kami tangkap dari informasi hadist atau syariat, punya korelasi kuat dengan gagasan ilmiah atau logika.
Sebut saya masalah Riba, ya jelas merugikan, dan efek jangka panjang lainnya yang jadi panjang x lebar kan pak kalo dibahas.
Tapi juga pada akhirnya kami meng-iman-i yang tak mampu di jangkau oleh analisa ilmiah atau tak masuk dalam kemampuan indera kami, hehehehe,…
Jadi gitu pak,..
Pernyataanku membawa pertanyaan berlajut hingga kami berempat saling bertukar cerita tentang proses perjalanan spiritual kami.
Pak Janggut, aku, BALK & istri pak Janggut sungguh larut dalam percakapan itu hingga tak terasa waktu harus memisahkan kebersamaan kami berempat.
22.15 , hampir setengah sebelas malam, beliau baru beranjak menuju Jakarta.
Begitulah takdir sebuah pertemuan. Wallahualam Bisowab.
0 Comments